Sabtu, 25 Juli 2015

Inside

Cukup untuk berhenti dari diam. Sesekali mengunjungi terlihat nampak sama saja tidak ada yang berbeda, tidak ada yang berubah dan tidak ada yang istimewa. hanya pengetahuan pengetahuan kosong yang sudah expired untuk sekarang ini. Sebenarnya masih ragu kalau kalau nanti terhenti kembali. Kenyataanya banyak, hanya saja masih tertumpuk di sebelah sana, di ujung sana, di tengah bagian kiri, di depan bagian atas dan intinya mencakup semua sisi. Saat itu memang suasana biasa biasa saja, matahari berkilau teduh tertutupi awan yang membawa angin menghembuskan kembali untuk tertidur mengurungkan niat . Pikirnya ini adalah waktu yang tepat dan untuk apa lagi menundanya, memori semakin penuh, daya ingat semakin melemah belum lagi besok, lusa, minggu dan hari hari selanjutnya. Akan semakin banyak menumpuk jika tidak memulainya dari sekarang. 

sumber : google gambar


"sudahlah!, buat apa di pusingkan. biarlah nanti saja. toh untuk apa kamu memikirkanya" . terbesit dari kegelapan yang tak berupa meracuni pikirannya.

"ia juga, sebenarnya begitu seharusnya.."

"ia memang seharusnya begitu, saya sih mendukung, karena bagaimanapun kita ini di dalam yang      sama..." 

"tapi......"

"tapi apa? kalau saya belum siap? kamu bisa jalan?

"....."  pikirnya masih ragu, niat yang menggebu seketika itu saja luntur. harapnya, Dia yang paling dekat dengannya untuk mendukungnya lebih. timbul sadar, memang niat itu berasal dari Dia dan pikiran itu dari pikirannya. tidak akan berjalan baik kalau keduanya tidak jalan berbarengan.

"bagaimana? kok diam saja, percayakan kalau itu sulit?"

nada memelas penuh harap "jangan begitu dong, ayolah, kapan lagi, sudah terlalu lama di tunda tunda"

"hmmm.... bagaimana ya??? begini saja, saya nggak bertanggung jawab kalau tiba tiba saja saya    malas"

dengan nada menggebu penuh percaya diri "Ia ia, yang penting kita mulai saja dulu, urusan nanti ya nanti. kalau mulai dari sekarang mungkin nanti ada penyemangat untuk melakuaknan yang lebih ke depannya, kalau bukan sekarang kapan lagi kalau bukan kita siapa lagi"

"yaelah perkataanmu, kayak politisi partai"

riang bercampur kebinggunggan jelas kelihatan. kerjasama seharusnya memang terjalin dan sejalan tanpa batas.

"tapi apa kamu yakin ?? lihat saja orang di luar sana keliatan sama saja hari harinya, bingung mau berbuat apa"

"yakin lah.... orang di luar sana tidak bakalan menikmati asam manis hidupnya. Dia melalui cerita cerita hidupnya melewati dan yang kelola kita bersama, berusahalah berikan yang terbaik untuk Dia agar menarik. tidak lepas juga dari itu, harus berterima kasih dengannya masih mampu hingga sampai saat ini,  jadi santai saja" gumamnya penuh percaya diri, seolah itu gampang untuk di lalui.

Percakapan seketika itu saja berakhir. Belum terlalu tahu  dan belum terlalu menguasai apa saja yang harus dilakukan untuk detik kedepannya. hanya keyakinan penuh. tanpa dasar dasar yang kuat . Sudah jadi kebiasaan pada akhirnya akan berjalan bersama walapun melaluinya itu perlu tawuran untuk menemui kata sepakat terlebih dahulu. karena bagaimanapun Hati dan Pikiran akan tetap sejalan, kalaupun salah satunya ragu, tetap itulah pilihanmu.


0 komentar:

Posting Komentar