RADEN ALIP RAHARJO
A1C408027
PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS HALUOLE
Ekstraksi Sokhlet
I. Tujuan dan Prinsip Percobaan
A. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
a. Dapat merangkai alat untuk sistem ekstraksi padat – cair dan dapat memahami prinsip kerja dari pemisahan untuk sistem padat – cair.
b. Dapat memisahkan dan menentukan kadar lemak dan minyak yang terkandung dalam biji kemiri/kelapa.
B. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah pemisahan zat cair berdasarkan prinsip “like dissolved like” dimana senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar
II. Teori
Jika suatu komponen dari campuran merupakan padatan dan sangat larut dalam pelarut tertentu dan komponen yang lain secara khusus tidak larut. Maka proses pemisahan dapat dilakukan dengan pengadukan sederhana dan dengan pelarut tertentu yang diikuti dengan proses penyaringan. Akan tetapi bila komponen terlarut sangat sedikit larut atau disebabkan oleh bentuknya sehingga proses pelarutan sangat lambat, maka perlu dilakukan pemisahan dengan ekstraksi sokhlet (Rudi, 2010)
Menurut Khopkar, beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Ada sistim ekstraksi yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke fasa organik (Suyanti, 2008)
Proses ekstraksi padat - cair, transfer massa solut dari padatan ke cairan berlangsung melalui dua tahapan proses, yaitu difusi dari dalam padatan ke permukaan padatan dan transfer massa dari permukaan padatan ke cairan Karena butir padatan cukup kecil, maka diambil asumsi bahwa konsentrasi solut dalam padatan selalu homogen atau serba sama, jadi dalam hal ini tidak ada gradien konsentrasi dalam padatan. Dengan kata lain, difusivitas efektif dalam padatan diabaikan. Dengan demikian, perpindahan massa dalam padatan dianggap tidak mengontrol perpindahan massa secara keseluruhan. Karena difusivitas efektif diabaikan, maka yang mengontrol perpindahan massa overall adalah perpindahan massa antarfase (Smith, 1981), dalam hal ini harga kLa merupakan faktor yang menentukan (Purwanti, 2008)
Penentuan asphaltene bobot molekular adalah tunduk kepada kehadiran damar occluded unsur ( Ali et al., 1985) dan kepindahan unsur damar memberi kenaikan ke yang lebih tinggi diamati bobot molekular yang dibersihkan asphaltenes. Sebagai tambahan, dan seperti dicatat sebelumnya untuk/karena keseluruhan asphaltenes ( Moschopedis et al., 1976), bobot molekular dari dibersihkan asphaltenes juga yang bervariasi dengan bahan pelarut menggunakan untuk penentuan; itu adalah, bahan pelarut tetapan dielektrik tinggi ber/kurang bobot molekular yang diamati. Lebih lanjut, penyaringan asphaltene pecahan baru saja dipercepat yang menggunakan suatu Soxhlet extractor dan bahan pelarut berbeda yang diikuti oleh bobot molekular penentuan material yang tidak dapat larut menunjukkan suatu penurunan asphaltene bobot molekular dengan tetapan dielektrik dari bahan pelarut (Speight, 2006)
Untuk mengisolasi senyawa antioksidan dari daun simpur dapat dilakukan dengan proses ekstraksi. Metode ekstraksi yang paling konvensional adalah maserasi atau perendaman. Pada penelitian Yang (2007) untuk mendapatkan senyawa antioksidan dari akar teratai dibutuhkan waktu satu minggu dengan yield optimum yang didapatkan sebesar 4,6% (w/w). Metode ekstraksi terus dikembangkan untuk mempersingkat waktu ekstraksi dan mendapatkan ekstrak yang lebih banyak serta volume pelarut yang lebih sedikit. Kemudian digunakanlah berbagai metode ekstraksi seperti metode ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro (MAE), sonikasi, dan Supercritical Fluid Extraction (SFE) yang dapat mengatasi kelemahan metode konvensional (Reza, 2009).
Di antara kendala yang dihadapi dalam usaha pemanfaatan serat dari limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk berbagai macam produk adalah kompatibilitas antara perekat dan serat pada waktu pembuatan produk serta timbulnya bau yang kurang sedap dari bahan tadi setelah penyimpanan beberapa lama. Kedua hal ini disebabkan oleh kandungan lemak yang masih cukup tinggi pada TKKS dan oleh kandungan pati dan gula yang terdapat pada jaringan parenkhima TKKS. Pemanfaatan serat TKKS biasanya dimulai dengan memisahkan serat yang merupakan vascular bundles dari jaringan parenkhima atau yang lebih dikenal dengan proses fraksionasi dan ekstraksi serat. Proses ini telah cukup banyak diteliti, terutama di Malaysia (Gopar, 2008)
III. Metode Praktikum
A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
Seperangkat alat sokhlet
Elektromantel
Mortal dan pestel 1 buah
1 buah
1 buah Kertas saring
Statif dan klem
Benang 1 buah
1 buah
1 buah
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
a) N_Heksan
b) Biji Kemiri
B. Prosedur kerja
IV. Hasil Pengamatan
A. Data Pengamatan
Rangkaian alat Sokhlet :
Keterangan :
1. Pipa Air Keluar
2. Pipa Air Masuk
3. Klem
4. Statif
5. Kondensor
6. Tabung Padatan
7. Pipa Penghubung
8. Labu Alas Bulat
9. Pemanas
B. Perhitungan
Berat sampel = 50 gram
Massa gelas kimia = 63,46 gram
Massa gelas + minyak = 72,43 gram
Massa Minyak = (72,43 – 63,46) = 8,97 gram
C. Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.Percobaan kali ini, kita mengekstraksi kemiri untuk memisahkan minyak dari kemiri. Untuk mengekstraksi minyak dalam kemiri kita menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Soxhletasi merupakan penyarian sampel secara berkesinambungan, pelarut dipanaskan hingga menguap, uap cairan pelarut terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin (kondensor) lalu turun mengekstrak sampel dalam ruang soxhlet dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil yang akan didapatkan dari proses ekstraksi yang dilakukan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa minyak merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga dalam memilih pelarut sebaiknya menggunakan pelarut yang bersifat non polar pula. Dalam percobaan ini digunakan n-heksan sebagai pelarut yang dapat mearutkan minyak dalam kemiri karena sama-sama bersifat nonpolar. Pelarut yang digunakan (n-heksan) dimasukkan dalam labu alas bulat yang dipanaskan kemudian pelarut berubah menjadi fase uap dan dengan menggunakan kondensor, pelarut yang dalam fase uap tadi berubah menjadi fase cair dan akan jatuh menetesi sampel. Pada proses ini terjadi proses ekstraksi oleh pelarut dimana pelarut ak an mengekstrak minyak yang ada pada sampel. Pelarut yang mengikat minyak lama kelamaan akan memenuhi sifon dan jika sifon telah terisi oleh pelarut sampai penuh maka pelarut akan jatuh kembali pada labu alas bulat bersama ekstrak sampel. Proses ini dinamakan satu kali ekstraksi, dan demikian proses ekstraksi oleh pelarut ini terjadi secara berulang-ulang. Semakin banyak frekuensi ekstraksi yang dilakukan maka semakin banyak pula minyak yang akan terekstrak dari sampel kemiri
Proses sirkulasi ekstraksi pada percobaan ini dilakukan sebanyak dua belas kali ekstraksi. Setelah ekstraksi telah selesai dilakukan, dilanjutkan dengan proses penguapan dimana proses ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak yang diperoleh dari pelarut. Proses penguapan ini dilakukan dengan memanaskan pelarut yang telah bercampur dengan minyak sehingga pelarut yang mempunyai titik didih lebih rendah ini akan menguap sehingga pelarut akan terpisah dari minyak. Untuk proses penguapan pelarut, kita menggunakan alat soxhlet untuk menguapkan pelarut dari ekstrak. Setelah dilakukan proses penguapan, dapat langsung menghitung berapa banyak minyak yang didapatkan dari proses ekstraksi ini. Dari hasil penimbangan ekstrak minyak kemiri yang diperoleh sebanyak 8,97 gram dan efisiensi kadar minyak kemiri yang diperoleh dari 50 gram sampel (kemiri) sebanyak 17,94 %
V. Simpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa ekstraksi padat-cair atau ekstraksi sokhlet dan efisiensi kadar minyak yang diperoleh dari 50 gram kemiri yaitu sebesar 17, 94%.
Daftar Pustaka
Gopar , Mohamad. Upaya Mengurangi Kotorab dan Kandungan Zat Ekstraktif Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Pencucian. UPT Balai Litbang Biomaterial – LIPI
Purwanti, Ani. 2008 . Optimasi Kondisi Proses Ekstraksi Minyak Biji Pepaya. Jurusan Teknologi AKPRIND. Yogyakarta
Reza, Ahmad. 2009. Perbandingan Aktivitas AntioksidanEkstrak Etanol Daun Simpur (Dillenia indica) dari Berbagai Metode Ekstraksi dengan Uji ANOVA. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Rudi. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari
Speight J.G. 2006.The Chemistry and Technology of Petroleum Fourth Edition. Taylor & Francis Group, LLC.
Suyanti. 2008. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Asam di-2-etilheksilfosfat. SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar